Tuesday 16 August 2016

Tradisi Cukur Gundul Siswa Hijau Ranting Candipuro



Bukan hal baru lagi bahwa menjadi seorang pendekar SH terate merupakan dambaan setiap siswa PSHT. Mereka akan siap dilatih diterpa materi dari tingkat ke tingkat yang lebih tinggi. Sudah tidak asing lagi banyak siswa diwajibkan memperoleh derasnya materi yang bakal mereka terima. Saat mereka lulus memenuhi target, maka hadiah yang layak baginya adalah naiknya ke tingkat yang lebih tinggi. Bukan usaha yang mudah memenuhi target ini, terbukti banyak siswa yang berhenti karena sulitnya menjadi pendekar SH Terate.

Di ranting kami yaitu tepatnya di Ranting Candipuro Cabang Lumajang Jawa Timur ada sebuah tradisi unik untuk siswa yang lulus tes kenaikan tingkat ke hijau. Tradisi tersebut adalah potong rambut sampai gundul plontos bagi siswa laki-laki. Kebiasaan ini bermula dari awal diadakan latihan SH Terate pertama kali hingga sekarang. Karena sudah menjadi kebiasaan, maka akan terus dijadikan tradisi oleh warga SH Terate khususnya di Ranting Candipuro. Tradisi gundul bagi siswa hijau merupakan wujud dari kecintaan siswa terhadap SH Terate. Siswa yang bangga akan organisasi tercinta, meskipun gundul plontos tentu tidak peduli nantinya diejek teman di sekolah atau siapapun sehingga menjadikan siswa seorang yang sabar dan mampu mengendalikan dirinya sendiri.

Tradisi gundul ini disamping merupakan ujian mental bagi siswa juga bermanfaat saat berlatih. Salah satu tujuannya mengapa siswa hijau diharuskan potong gundul khususnya saat berlatih materi kripen, dengan dipotongnya rambut siswa tersebut akan terbebas dari tarikan rambut atau jambakan. Hampir semua warga SH Terate khususnya laki-laki di ranting Candipuro kalau ditanya pernah apakah potong gundul mas? jawabannya pasti pernah saat sabuk hijau karena itu tradisi ranting kami.  (angga)

Monday 4 July 2016

Momen Ramadhan : PSHT Candipuro Bagi-Bagi Takjil



Candipuro, 4 Juli 2016. Bulan suci ramadhan merupakan bulan berkah, dimana setiap kali kita mengamalkan kebaikan niscaya akan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT. Momen ramadhan tahun ini dimanfaatkan sebaik mungkin oleh warga PSHT Ranting Candipuro untuk memberikan takjil gratis kepada pemudik yang melintasi jalan lintas selatan Malang – Lumajang.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 4 Juni 2016 bertempat di tugu Candipuro tepat 1 hari sebelum hari raya idul fitri. Atas dukungan dana dari semua warga PSHT Ranting Candipuro akhirnya rencana ini dapat terealisasi dan berjalan lancar tanpa hambatan. Pemudik yang melintasi jalan Raya Candipuro pasti merasa senang atas sumbangan takjil yang diberikan. Selain kepada pemudik, takjil juga diberikan kepada warga masyarakat sekitar tugu.

Ada sekitar 500 bungkus takjil yang dibagikan hari itu. Takjil mulai dibagikan pukul 5 sore sampai menjelang adzan maghrib. Suasana jalan raya saat itu sangat ramai sehingga membuat saudara-saudara warga kewalahan dalam membagikan takjil. Namun begitu saudara kita tetap semangat hingga takjil habis tak tersisa dalam waktu setengah jam. Harapan kami sebagai warga PSHT Ranting Candipuro acara ini bisa rutin dilaksanakan di ramadhan yang akan datang. Semoga amal kebaikan kita di bulan ramadhan ini diterima Allah SWT. Amin

Wednesday 15 June 2016

Kisah Seorang Siswa Yang Terpaksa Meninggalkan PSHT



Banyak cerita yang mengharuskan untuk meninggalkan organisasi tercinta PSHT. Sang anak yang sudah lama berlatih sebagai siswa di SH Terate dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Dia harus ikhlas meninggalkan organisasi PSHT. Pasalnya setelah lulus di sekolahnya, siswa tersebut harus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di luar kota.

Sebagaimana organisasi SH Terate adalah salah satu organisasi pencak silat terbesar, maka dimana-mana akan ada SH Terate. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau disana nantinya jarak ke tempat latihan cukup jauh, terlebih apabila si anak menuntut ilmu di pondok pesantren yang mana tidak cukup waktu untuk meluangkan waktu ke latihan.

Siswa itu meminta pendapat kepada pelatihnya.
“Bagaimana dengan saya mas? Saya akan melanjutkan pendidikan di luar kota, padahal saya masing ingin melanjutkan latihan sampai menjadi warga” tanya siswa
Pelatihpun akhirnya memberikan jawaban atas pertanyaan anak tersebut
“dik!!! latihan di SH Terate itu nomor sekian-sekian, yang utama adalah masa depanmu, maka utamakan masa depanmu, utamakan belajarmu, utamakan mencari ilmu demi masa depanmu. Toh nanti kalau sudah lulus bisa ikut latihan lagi. Tidak ada kata terlambat untuk berlatih di SH Terate, Organisasi SH Terate siap menerimamu kembali”.
 Kita bisa mengambil hikmah dari semua ini. Tak perlu berambisi bahkan menggebu-gebu untuk menjadi seoang pendekar kalau masih ada tugas penting yang lebih dari itu.

Sunday 22 May 2016

4 Nikmat Seorang Pendekar SH Terate



Menjadi seorang pendekar di SH Terate adalah impian dari siswa. Impian inilah yang akan terus dikejar oleh siswa walaupun melewati beberapa rintangan. Hingga akhirnya mereka berhasil di sahkan menjadi warga PSHT.
Keberhasilan siswa tak lepas dari peran pelatih. Dalam melatih adalah proses merubah diri siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik, dari hal yang negatif menjadi hal yang positif. Dari sinilah peran pelatih akan dapat dibuktikan, seberapa berhasilkan sang pelatih mendadar siswa hingga menuju kematangan.
Ternyata terdapat kenikmatan tersendiri dari seni melatih siswa kita. Kenikmatan itu akan lebih terasa apabila kita melakukan dengan ikhlas demi siswa yang kita didik. Nikmat itu antara lain :
1.    Nikmat Mendidik
Alangkah nikmat apabila seorang pelatih berhasil mentransfer ilmu baik itu ilmu agama atau budi pekerti yang luhur kepada siswanya. Yang mana siswa tersebut mau melaksanakan apa yang dinasehati oleh sang pelatih.
2.    Nikmat melatih
Nikmat seorang pelatih dalam melatih siswa dari tidak bisa apa-apa menjadi bisa. Terlebih siswa tersebut berprestasi mengangkat nama baik Organisasi PSHT. Merupakan kebanggaan tersendiri bagi seorang pelatih.
3.    Nikmat bersaudara
Inilah nikmat yang hakiki, nikmat yang tiada duanya yaitu bersaudara. Inilah yang tidak akan ditemukan di organisasi lain yaitu persaudaraan yang kekal dan abadi yaitu di SH Terate.
4.    Nikmat keberhasilan
Saat siswa kita berhasil menjadi seorang pendekar. Mereka mau melaksanakan ajaran SH Terate serta menjadi contoh di masyarakat adalah hal yang sangat luar biasa. Rasa bangga akan keberhasilannya dalam mendidik dan melatih adalah sebuah nikmat.

Wednesday 9 March 2016

Bakal Dibuka Menpora, Pencak Silat PSHT Gelar Parapatan Luhur 2016

Jakarta, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) akan menggelar Parapatan Luhur 2016 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Acara digelar akan selama tiga hari dari Kamis - Sabtu (10 - 12/3/2016) mendatang.

Ketua Dewan Pusat PSHT RB Wijono mengatakan, digelarnya Parapatan Luhur 2016 bertujuan untuk mengevaluasi dan menyempurnakan AD/ART PSHT. Selain itu, untuk mengevaluasi dan menyempurnakan pedoman standarisasi materi pembinaan dan pelatihan pencak silat dan memilih kepengurusan pusat.

"Parapatan Luhur juga bertujuan untuk mengevaluasi dan menyempurnakan pedoman pendidikan kerohanian dan ke-SH-an," ujar RB Wijono dalam keterangannya yang diterima Harian Terbit, Rabu(9/3/2016).

Wijono menuturkan, Parapatan Luhur dihadiri oleh Ketua, Anggota Dewan Pusat, pengurus pusat, dewan pertimbangan cabang dan pengurus cabang. Parapatan rencananya akan dibuka langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrowi.

"Parapatan menitikberatkan ajaran SH dalam konsepsi keluhuran budi. Sebagai amanah dari pendiri, leluhur dan para pendahulu SH," jelasnya.

Dalam konsepsi ajaran leluhur SH, ujar Wijono menempatkan organisasi sekedar syarat bentuk lahir ikatan antara saudara. Seperti yang tersurat dalam priambole " sekedar syarat bentuk lahir, disusunlah organisasi PSHT sebagai ikatan antara saudara SH dan lembaga yang bergawai sebagai pembawa dan pemancar cita".

"Forum ini hanya sekelumit proses dalam samudera dharma. Di depan terbentang luas lautan dharma kehidupan yang memanggil kita untuk berbakti," katanya.

Sebelum prosesi Parapatan, pengurus PSHT akan melakukan menghadap Presiden di Istana Negara dengan menggenakan baju sakral berupa celana hitam, sepatu hitam dan peci hitam.


Sementara usai pembukaan pada hari pertama. Parapatan Luhur 2016 pada hari kedua akan menyempurnakan pedoman standarisasi pembinaan pelatihan pencak silat, penyempurnaan materi pendidikan keluhuran budi pekerti dan menyusun program pengabdian masyarakat dan peningkatan kesejahteraan warga. Selain itu juga pemilihan dan pengukuhan ketua umum pengurus pusat periode 2016-2021.

Monday 22 February 2016

Pesan Moral Yang Dapat Kita Serap Dari Cerita Alm. Mas Madji



Ada cerita menarik tentang sosok Alm Mas Tarmaji Budiharsono saat beliau ditunjuk menjadi siswa tingkat 3 satu-satunya oleh Mas Imam Kusupangat berikut ini ceritanya.

Latihan Tingkat III
Pada suatu siang, sekitar pukul 11.00 WIB, di Tahun 1978, Tarmadji dipanggil R.M Imam Koesoepangat di rumah Pak Badini. Orang yang diminta memanggil dia adalah Soebagyo.TA. Tanpa berpikir dua kali, ia berangkat ke Oro-Oro Ombo, tempat kediaman Pak Badini. Mas Imam mengutarakan niat, akan membuka latihan tingkat III. Tarmadji sendiri yang dipilih untuk dilatih sekaligus diangkat dan disyahkan menjadi Pendekar Tingkat III.
“Kula piyambak,Mas? (Saya sendiri,Mas?)” tanya Tarmadji agak kaget.
“Njih.Dik. Dik Madji piyambak!, (Ya, Dik. Hanya Dik Tarmadji sendiri!)” jawab Mas Imam.
Mendengar jawaban itu, Tarmadji dengan santun, menolak. la tidak bersedia disyahkan menjadi Pendekar Tingkat III jika sendirian. “Kula nyuwun rencang. Mas (Saya minta teman,Mas), “Tarmadji meminta.
“Nek Dik Madji nyuwun rencang, sinten? (Kalau Dik Madji minta teman, siapa?)” tanya Mas Imam.
Tarmadji saat itu langsung menyebut nama-nama Pendekar Tingat II seangkatan. Namun Mas Imam menolak dan bersikukuh tetap hanya akan mengangkat Tarmadji sendiri. Terjadi tarik ulur. Satu sisi Mas Imam bemiat hanya akan mengangkat dia, namun Tarmadji tetap minta teman.
“Sapa Dik, kancamu?” tanya Mas Imam. Tarmadji menyebut nama Soediro.
Nama ini pun semula ditolak. Namun atas desakan dia, akhimya Mas Imam menyetujui dengan syarat ia harus mau ikut menangung risiko. Dalam pikiran Tarmadji, apa yang disebut risiko, waktu itu adalah risiko pembiayaan yang terkait dengan pengadaan persyaratan pengesahan (ubarampe). Karenanya, ia langsung menyanggupi.
Hari-hari berikutnya, Tarmadji dan Soediro, mulai berlatih tingkat III. Pelaksanaan latihan berjalan lancar. Namun pada saat mereka disyahkan, sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Sesuatu itu, adalah hal yang di luar perhitungan akal sehat. Sesuatu yang erat kaitannya dengan misteri ghaib. Tarmadji tidak pemah menduga bahwa misteri itu akan berbuntut panjang. Dan, Wallahu a’lam bi ssawab, hanya Allah yang Maha Mengerti. Temyata dalam perjalan hidup, Soediro lebih dulu dipanggil Yang Kuasa.
Peristiwa itu, sungguh, sangat menggetarkan jiwa Tarmadji. Pedih rasanya. Lebih pedih lagi, saat ia melihat Mas Imam menangis di samping jenazah saudara seperguruannya itu. Semoga anrwah beliau diterima di sisi-Nya.

Pesan Moral Untuk Kita
Saat Mas Madji diberikan amanah menjadi pendekar tingkat 3 oleh mas Imam, beliau sempat menolaknya. Karena menerima amanah semacam ini harus mempunyai tanggung jawab yang besar. Dalam menerima amanah kita harus siap jasmani maupun rohani. Bahkan sempat terjadi tarik ulur antara Mas Imam dan Mas Madji.
Hal ini sangat bertolak belakang yang dialami para pejabat negara saat ini, mereka justru berebut kursi wakil rakyat atau kursi pimpinan. Mereka bangga menerima amanah menjadi wakil rakyat. Bahkan mereka sudi menjatuhkan lawan politiknya demi jabatan semata.