Friday 29 January 2016

5 Alasan Kenapa Pencak Silat dari Indonesia Bisa Menembus Megahnya Hollywood

Dalam beberapa tahun terakhir, pencak silat dari Indonesia mulai melejit dan go international secara perlahan-lahan. Seni bela diri ini mulai dilirik oleh banyak pelaku film dunia untuk masuk ke dalam film-film besar mereka. Pencak silat ingin dijadikan sebuah ikon bela diri baru selain kungfu dari Tiongkok atau mungkin taekwondo dari Korea.
Oh ya, pencak silat tentu tak semudah itu bisa menembus Hollywood yang megah dengan cepat. Para pelaku bela diri ini harus mampu mengenalkan dan menarik perhatian para pembuat film di Hollywood. Mereka menampilkan banyak sisi unik dari pencak silat hingga saat ini seni bela diri semakin mudah di terima.
Berikut 5 alasan kenapa pencak silat dari Indonesia bisa diterima dunia Internasional dan menembus megahnya Hollywood.


1. The Raid

Tidak bisa dipungkiri lagi jika The Raid adalah ujung tombak pengenalan pencak silat ke dunia internasional. Film laga yang dirilis pada tahun 2011 ini mendadak menjadi perhatian dunia. Banyak pengamat mengatakan jika film ini adalah tontonan laga terbaik yang pernah dibuat di Indonesia. Bahkan, aksi laga di dalam film seperti sebuah tarian indah namun juga tetap terlihat hebat.
Akibat The Raid, pencak silat akhirnya mampu terbang ke seluruh penjuru dunia. Bahkan membuat banyak pelaku di dalamnya mulai dilirik produser film asing. Sebut saja film besar seperti Star Wars dan Zombie Apocalypse. Di masa depan, pencak silat dan juga aktor Indonesia yang terlibat di dalamnya diprediksi akan semakin banyak memenuhi film-film hebat di dunia. Dan jika hal itu terjadi, pencak silat akan menjadi seni bela diri terkenal seperti kungfu.

2. Gerakannya Indah

Dalam film The Raid, pencak silat digambarkan dengan sangat indah. Bahkan ada koreografi tersendiri yang diterapkan agar gerakannya nampak lebih tertata dan memberikan kesan yang “wah”. Gerakan indah ini nampak semakin berkesan setelah digabungkan dan menjadi sebentuk pertarungan.

Pencak silat sendiri sebenarnya memiliki banyak sekali gerakan utama yang wajib dikuasai oleh siapa saja. Gerakan itu berupa pukulan, tendangan, kuncian, dan menggunakan alat seperti yang ada dalam kungfu. Selain masalah gerakan, pencak silat di Indonesia juga memiliki banyak jenis. Hampir setiap daerah memiliki beberapa gerakan unik yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini menambah keberagaman gerakan pencak silat yang bisa ditunjukkan kepada dunia.

3. Seni Bela Diri yang Unik

Sejak kecil kita semua telah dicekoki film Hollywood yang menampilkan banyak sekali gerakan silat dari Tiongkok. Seni bela diri dari negeri tirai bambu itu menjadi bagian penting dari setiap aksi laga yang ada di film Hollywood. Aktor hebat seperti Jacky Chen dan Bruce Lee menjadi ujung tombak terkenalnya kungfu hingga sampai sekarang pun masih terus dipakai dalam berbagai film. Bahkan diperkirakan sudah lebih dari 50 film tentang kungfu dibuat dan ditayangkan di Hollywood.

Saat pencak silat muncul dalam film The Raid. Mata publik dunia seakan tersegarkan. Mereka akhirnya melihat seni bela diri lain, yang unik, tidak mainstream namun sangat indah. Keunikan gerakan dari pencak silat yang tak pernah dilihat oleh banyak orang di dunia membuat mereka jadi penasaran. Bahkan produser di sana pun jadi melirik dan ingin membuat pencak silat menjadi lebih mendunia.

4. Memiliki Filosofi yang Hebat

Pencak silat bukan perkara gerakan memukul, menendang, atau menangkis saja. Gerakan yang dilakukan pada setiap pencak silat selalu ada makna dan filosofinya yang sangat dalam. Misal gerakan akan menyerang, atau mengambil kuda-kuda. Setiap gerakan atau pun langkah selalu dibarengi dengan filosofi yang sangat luhur.

Semakin dalam mempelajari pencak silat, seseorang tak hanya akan dibawa kepada tahap kuat secara fisik saja. Namun juga dibawa bertualang ke kedalaman makna yang kadang butuh pemikiran lebih jauh. Itulah mengapa saat ini banyak sekali orang dari luar negeri yang datang ke Indonesia hanya untuk berlatih pencak silat dan mempelajari inti dari semua gerakan seni untuk melindungi diri ini.
Semakin banyak orang asing mempelajari seni bela diri ini. Semakin banyak pula minat produser film untuk memasukkan seni bela diri hebat ini ke dalam karya mereka.

5. Ada Nilai Spiritual yang Sangat Tinggi

Orang yang mempelajari pencak silat dan levelnya sudah sangat tinggi biasanya dianggap sakti. Ia memiliki kekebalan terhadap benda tajam dan susah sekali dilukai dengan cara apa pun. Akibat hal ini akhirnya banyak orang mengira jika pencak silat pakai guna-guna dan juga ilmu hitam. Parahnya lagi ada yang mengira praktik bela diri ini berhubungan dengan hal-hal berbau dukun atau klenik.

Sebenarnya pencak silat juga mengajarkan nilai spiritual yang sangat tinggi. Seseorang yang mempelajari seni bela diri ini juga belajar bagaimana lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, kepada alam, dan menjadi figur yang lebih baik. Selain itu pencak silat juga mengajarkan seseorang bagaimana menggunakan tenaga dalam yang ada di dalam tubuh setiap manusia.
Demikianlah lima alasan yang mendasari pencak silat dari Indonesia bisa menembus Hollywood. Bahkan akibat pencak silat ini juga perfilman Indonesia bisa terus berpacu hingga tidak jalan di tempat saja. Semoga, pencak silat membuat Indonesia semakin dikenal di dunia internasional.




Thursday 28 January 2016

Muncul Organisasi Baru di Eropa bernama “AFR Setia Hati Terate. Siapa Mereka?



Sudah dari dulu saya kaget dengan keberadaan organisasi ini. Mereka tidak berkembang di Indonesia, melainkan di Prancis. Saya bingung “Kenapa nama SH Terate dibawa-bawa?” Gerakannya pun sangat jauh berbeda dengan organisasi milik kita.

Ini adalah sebuah organisasi pencak silat yang saat ini berkembang di negara-negara eropa khususnya di Prancis. Beberapa negara sudah menggunakan jasanya untuk melatih beladiri tentara negara di sana. Organisasi inipun tampil setiap tahunnya di ajang Paris Bercy Martial Art Festival (semacam penampilan beladiri dari seluruh dunia termasuk pencak silat). Organisasi ini bernama Academie Frank Ropers Penchak Silat Setia Hati Terate didirikan oleh pria kelahiran Madiun dan wafat di Belanda bernama Turpijn yang dilanjutkan oleh muridnya bernama Frank Ropers.

Organisasi ini berasal dari PSHT yang berpusat di Madiun. Mereka sengaja menghilangkan unsur pencak silat seperti kembangan untuk menyesuaikan dengan karakter orang-orang eropa. Organisasi ini mengupas teknik-teknik yang ada di PSHT menjadi beladiri taktis. Sempat mendapat protes oleh sesepuh SH Terate pada saat itu.

Mungkin sang pendiri masih berbangga dengan nama SH Terate. Terbukti mereka masih menggunakan nama Setia Hati Terate. Tetapi sebenarnya organisasi ini tidak ada kaitannya dengan Persaudaraan Setia Hati Terate Pusat Madiun mereka sudah berdiri sendiri.

Apakah kita bisa berbangga dengan keberadaan organisasi ini? Ada dua pilihan yang ada dibenak warga SH Terate khususnya :

1.      Warga SH Terate tentunya akan kecewa karena organisasi ini sangat jauh berbeda dengan nilai-nilai PSHT di Indonesia
2.      Warga SH Terate masih bisa berbangga karena organisasi ini membuat nama SH Terate semakin mendunia di eropa.

Sekarang tergantung diri masing-masing warga bagaimana menilainya?
Yang terpenting organisasi ini “TIDAK MEMBUAT MALU NAMA SH TERATE”

Wednesday 6 January 2016

SEJARAH SINGKAT PSHT RANTING CANDIPURO


 
PSHT Ranting Candipuro awalnya didirikan pada tahun 1982 oleh seorang anggota polisi, beliau pengesahan tahun 1972 di Ngawi Jawa Timur. Beliau saat ini ditugaskan di Polsek Candipuro Kab. Lumajang, bernama Bapak Suparlan atau biasa dipanggil Mas Parlan, bahkan sampai saatpun ini beliau masih ditugaskan hingga purna tugas di Polsek Candipuro.

Latihan pertama dilakukan dengan merekrut pemuda – pemuda di wilayah Candipuro. Tempat latihan dilaksanakan di dalam digedung UDKP sesekali dilaksanakan di halaman Polsek Candipuro. Tidak lama kemudian latihan itu bubar karena kegiatan Mas Parlan dalam melatih siswanya kerap berbenturan dengan tugas sebagai seorang anggota polisi.

Tepat pada tahun 1986 Mas Parlan bertemu seorang warga PSHT yang berasal dari Candipuro bernama Mas Bambang yang kebetulan beliau pulang setelah sekian lama tinggal di Magetan Jawa Timur dan disahkan menjadi warga SH Terate di sana. Sungguh berkat niat yang baik akhirnya beliau sepakat untuk mendirikan kembali latihan yang sempat vakum selama beberapa tahun bersama Mas Parlan.

Menurut berbagai sumber pada hari – hari pertama latihan, diselimuti berbagai rintangan dalam menjalani latihan. Adanya gangguan dari berbagai pihak yang tidak senang dengan keberadaan SH Terate di Candipuro. Salah satunya adanya beberapa orang dari perguruan lain yang sengaja ikut latihan yang tak lain hanya untuk merusak organisasi PSHT. Berkat kegigihan para pelatih pada saat itu, akhirnya rintangan – rintangan itu bisa diatasi dengan baik.

Dari proses pendidikan di SH Terate bergabunglah sekian siswa yang ingin mendalami SH Terate. Semakin lama siswa dididik oleh Mas Bambang dan Mas Parlan semakin lama pula jumlah siswanya semakin sedikit. Namun dengan semangat dalam mengembangkan ilmu SH Terate beliau ikhlas melatih dengan materi fisik yang keras dan kerohanian yang mantap. Berujung pada tahun 1991 PSHT Ranting Candipuro bisa mengesahkan siswanya untuk kali pertama. Mereka yang disahkan sebanyak 3 orang, yang masing-masing bernama Mas Sunarso, Mas Ruminto, Mas Arifianto. Pada tahun itu masih ikut cabang Probolinggo, jadi mereka menjalani tes dan pengesahan di Kota Probolinggo.

Setelah disahkan menjadi warga Persaudaraan Setia Hati Terate Kepelatihan diambil alih oleh warga baru yaitu Mas Sunarso, Mas Ruminto, Mas Arifianto, tetapi masih dalam pengawasan Mas Bambang dan Mas Parlan sebagai seorang warga yang dituakan. Dari awal latihan sampai tahun 2002 tempat latihan dilaksanakan di dalam gedung UDKP. Pada tahun 2004 PSHT Ranting Candipuro membuka rayon di desa Sumberwuluh. Mengingat kondisi gedung UDKP semakin rusak, maka pada tahun 2004 latihan dipindahkan di halaman masjid Al Mujahidin Candipuro sampai sekitar tahun 2009.


Inilah nama-nama yang pernah menjadi Ketua Ranting PSHT Candipuro :
1.     Mas Bambang : 1989 – 1991
2.     Mas Sunarso : 1991 – 2004
3.     Mas Widodo Hartono : 2004 – 2006
4.     Mas Satuni : 2006 –2016

Mas Satuni adalah seorang warga PSHT yang berasal dari Madiun. Beliau disahkan di Madiun tahun 1977, beliau juga bertugas sebagai anggota TNI. Pada kepemimpinan beliau inilah PSHT Ranting Candipuro berkembang sangat pesat sampai tahun 2016 sudah membuka 14 rayon tersebar di seluruh Kecamatan Candipuro.

Mengingat warga PSHT Candipuro semakin lama semakin banyak, maka  muncullah ide untuk membangun tugu berlambang SH Terate. Ide ini akhirnya terlaksana yaitu pada tahun 2008 berkat kegigihan dan kerja keras para warga PSHT Ranting Candipuro sukses membangun 3 buah tugu PSHT.  Adapun tugu itu dibuat dari batuan granit diukir cekung yang menjadikan tugu PSHT Candipuro lain dari tugu yang ada saat ini. Pada awal tahun 2009 secara tiba-tiba malapetaka datang, sebuah truk menabrak salah satu tugu PSHT sisi sebelah barat. Namun pecahan-pecahan batu granit akhirnya bisa disatukan kembali, dibangun lebih tebal dan diberi pelindung di sisi sebelah barat.

Tidak sampai disini PSHT Ranting Candipuro sudah melebarkan sayapnya untuk mengembangkan SH Terate diwilayah Kecamatan Pronojiwo dan Pasirian. Hingga saat ini sudah melahirkan beberapa ranting baru yaitu Ranting Pronojiwo dan Ranting Pasirian. Inilah daftar tempat latihan di wilayah Ranting Candipuro

1.            Kantor Kecamatan Candipuro
2.            SDN Sumberejo 01
3.            SDN Candipuro 01
4.            SDN Candipuro 03
5.            SMPN 1 Candipuro
6.            SMKN Pasirian
7.            SMK Pembangunan Candipuro
8.            SMA Penanggal
9.            Desa Jarit
10.       Desa Tumpeng
11.       Desa Sumberwuluh
12.       Desa Jugosari
13.       Desa Sumberejo
14.       Desa Penanggal

Demikianlah sedikit gambaran tentang sejarah singkat PSHT Ranting Candipuro, semoga generasi penerus di masa yang akan datang dapat mengenang perjuangan-perjuangan para pendiri PSHT diwilayah Candipuro khususnya.
Semoga bermanfaat

Artikel ini di tulis ulang oleh : Rokhmat Jevan Aliangga

SEKILAS TENTANG KECAMATAN CANDIPURO KAB. LUMAJANG


Candipuro adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Letak Geografis

Kecamatan candipuro mempunyai Luas Wilayah 144.93 Km2 yang terletak pada 12* 57' 23" - 113* 07' 08" BT dan 8* 7' 14" - 8 * 18' 00" LS Kecamatan Candipuro dibagi menjadi 10 Desa yaitu: Jugosari, Jarit, Candipuro, Sumberejo, Sumberwuluh, Sumbermujur, Penanggal, Tambahrejo, Kloposawit dan Tumpeng.. Batas Kecamatan Candipuro yaitu di sebelah utara Kecamatan Pasrujaambe, disebelah Timur Kecamatan Pasirian, sebelah selatan Kecamatan Tempursari dan sebelah barat Kecamatan Pronojiwo.

Desa/kelurahan

Penduduk

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin sebanyak 59037, terdiri dari 27779 penduduk laki-laki, dan 31258 penduduk perempuan,

Profil Investasi

Agribisnis

  • Gula Kelapa
  • Produksi Sayur
  • Salak
  • Melon Dan Semangka

Pertambangan

  • Pertambangan Pasir Dan Batu

Arti dan Makna Lambang PSHT


1. Segi empat panjang - Bermakna Perisai.
2. Dasar Hitam - Bermakna kekal dan abadi.
3. Hati putih bertepi merah - Bermakna cinta kasih ada batasnya.
4. Merah melingkari hati putih - Bermakna berani mengatakan yang ada dihati/kata hati
5. Sinar - Bermakna jalannya hukum alam/hukum kelimpahan
6. Bunga Terate - Bermakna kepribadian yang luhur
7. Bunga terate mekar, setengah mekar dan kuncup. - Bermakna dalam bersaudara tidak membeda-bedakan latar belakang
8. Senjata silat - Bermakna pencak silat sebagai benteng Persaudaraan.
9. Garis putih tegak lurus ditengah-tengah merah- Bermakna berani karena benar, takut karena salah
10. Persaudaraan Setia Hati Terate - Bermakna mengutamakan hubungan antar sesama yang tumbuh dari hati yang tulus, ikhlas, dan bersih. - Apa yang dikatakan keluar dari hati yang tulus. - Kepribadian yang luhur.
11. Hati putih bertepi merah terletak ditengah-tengah lambang - Bermakna netral

RIWAYAT KI NGABEHI SOERODIWIRDJO

1869 Ki Ngabehi Soerodiwirjo (nama kecilnya Masdan) lahir pada hari Sabtu Pahing. Beliau merupakan keturunan dari Bupati Gresik-Surabaya.
Ayahnya bernama Ki Ngabehi Soeromiharjo sebagai Mantri Cacar Ngimbang (Lamongan) yang mempunya 5 (lima) putera yaitu:
1. Ki Ngabehi Soerodiwirjo (Masdan)
2. Noto (Gunari), di Surabaya
3. Adi (Soeradi), di Aceh
4. Wongsoharjo, di Madiun
5. Kartodiwirjo, di Jombang
Saudara laki-laki dari ayahnya bernama R.A.A. Koesoemodinoto menjabat sebagai Bupati Kediri. Seluruh keluarga ini adalah keturunan dari Batoro Katong di Ponorogo, Putra Prabu Brawijaya Majahapit.
1883 Pada saat itu tersebut Ki Ngabehi Soerodiwirjo lulus sekolah rakyat 5 tahun (umur 14 tahun). Selanjutnya beliau ikut Üwonya”Mas Ngabehi Soeromiprojo, yang menjabat sebagai Wedono Wonokromo, kemudian pindah dan menjabat lagi sebagai Wedono Sedayu-Lawas, Surabaya.
1884 Pada tahun tersebut beliau telah berumur 15 tahun dan magang menjadi Juru Tulis op het Kantoor van de Controleur van Jombang. Sambil belajar mengaji beliau belajar Pencak-Silat yang meupakan dasar dari kegemaran beliau untuk memperdalam Pencak-Silat dimasa-masa berikutnya.
1885 Pada tahun berikutnya, dimana usia beliau telah menginjak 16 tahun, beliau magang di kantor Kontrolir Bandung, dan dari sini beliau belajar Pencak-Silat dari Pendekar-pendekar Prinangan, sehingga didapatlah jurus-jurs seperti:
² Cimande
² Cikalong
² Cipetir
² Cibeduyut
² Cimelaya
² Ciampas
² Sumedangan
1886 Pada usia 17 tahun beliau pindah ke Betawi (Jakarta), dan disana beliau memanfaatkan untuk memperdalam Pencak-Silat, akhirnya sampai menuasai jurus-jurus seperti:
² Betawen
² Kwitang
² Monyetan
² Permainan Toya (Stok spel)
1887 Pada usia 18 tahun beliau ikut Kontrolir Belanda ke Bengkulu, disana beliau belajar Pencak-Silat yang mana gerakannya mirip seperti jurus-jurus di daerah Jawa Barat. Pada pertengahan tahun tersebut beliau ikut Kontrolir Belanda pindah ke Padang, dan tetap bekerja pada bidang pekerjaan yang sama. Di darah Padang Hulu dan Padang Hilir, beliau tetap memperdalam pengetahuannya di bidang Pencak-Silat, dimana gerakannya berbeda bila dibandingkan dengan permainan Pencak-Silat dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di darah yang baru ini, Pencak Silat merupakan salah satu permainan kegemaran rakyat dan merupakan kebudayaan rakyat setempat.
Selanjutnya beliau berguru kepada seorang pendekar dan guru ilmu kebatinan yang bernama Datuk Raja Betua, dari kampung Alai, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Pendekar ini merupakan guru beliau yang pertama kali di daerah Sumatra Barat. Datuk Raja Betua mempunyai seorang kakak yang bernama Datuk Penghulu, dan adiknya bernama Datuk Batua, dimana ketiganya adalah pendekar-pendekar yang termasyur dan dihormati masyarakat.
1897 Pada umur 28 tahun beliau jatuh cinta kepada seorang gadis Padang. Puteri dari seorang ahli kebatinan yang berdasarkan agama Islam (Tasawuf). Untuk mempersunting gadis ini beliau harus memenuhi bebana, dengan menjawab pertanyaan dari gadis pujaannya yang berbunyi “SIAPAKAH SESUNGGUHNYA MASDDAN” dan “SIAPAKAH SESUNGGUHNYA SAYA INI ?” (gadis pujaan itu ?). Karena beliau tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan pikirannya sendiri, maka beliau berguru kepada seorang ahli Kebatinan yang bernama Nyoman Ida Gempol. Adalah seorang Punggawa Besar dari Kerajaan Bali yang di buang Belanda ke Sumatra (Padang), dan di kenal dengan nama Raja Kenanga Mangga Tengah (Bandingkan dengan nama Desa Winongo – Madiun – Tengah – Madya).
Kemudiaan pada tahun yang sama beliau belajar Pencak-Silat kepada Pendekar Datuk Raja Betua, selama 10 (sepuluh) dan memperoleh tambahan jurus-jurus dari daerah Padang, yaitu:
² Bungus (uit de haven van Teluk Bayur)
² Fort de Kock
² Alang – Lawas
² Lintau
² Alang
² Simpai
² Sterlak
Sebagai tanda lulus beliau mempersembahkan pisungsun yang berupa Pakaian Hitam komplit.
Selanjutnya, Ilmu Kebatinan yang diperoleh dari Nyoman Ide Gempol dipersatukan dengan Pencak-Silat serta Ilmu Kebatinan yang didapat dari Datuk Raja Betua, dimana olel Ki Ngabehi Soerodiwirjo digabungkan menjadi Ilmu dari PERSAUDARAAN “SETIA-HATI” WINONGO MADIUN.
 PERNIKAHAN 1
Akhirnya bebana yang diminta gadis pujaan beliau dapat dijawab, dengan menggunakan ilmu dari Persaudaraan “Setia-Hati” tersebut diatas. Dengan demikian beliau berhasil mempersunting gadis Padang, putri dari seorang ahli Tasawuf. Dari perkimpoian ini, beliau belum berhasil mendapatkan keturunan.
1898 Pada usia 29 tahun, beliau bersama istrinya pergi ke Aceh, dan bertemu adiknya (Soeradi) yang menjabat sebagai Kontrolir DKA di Lho Seumawe.
Di daerah ini beliau mendapatkan jurus::
² Jurus Kucingan
² Jurus Permainan Binja
Pada tahun tersebut, guru beliau Guru Besar Raja Kenanga Mangga Tengah O.G. Nyoman Ide Gempol diizinkan pulang ke Bali. Ilmu beliau dapat dinikmati oleh Saudara-saudara “S-H” dengan suatu motto::
“GERAK LAHIR LULUH DENGAN GERAK BATIN”
“GERAK BATIN TERCERMIN OLEH GERAK LAHIR”
1900 Ki Ngabehi Soerodiwirjo kembali ke Betawi bersama isteri, dan beliau bekerja sebagai Masinis Stoom Wals. Kemudian Ki Ngabehi Soerodiwirjo bercerai, dimana Ibu Soerodiwirjo kembali ke Padang, dan beliau pindah ke Bandung.
1903 Beliau kembali ke Surabaya dan menjabat sebagai Polisi Dienar hingga mencapai pangkat Sersan Mayor. Di Surabaya beliau dikenal keberaniannya dalam memberantas kejahatan. Kemudian beliau pindah ke Ujung, dimana sering terjadi keributan antara beliau dengan pelaut-pelaut asing
1903 Beliau mendirikan Persaudaraan “SADULUR TUNGGAL KECER – LANGEN MARDI HARDJO” pada hari Jum’at Legi 10 Syuoro 1323 H.
PERNIKAHANAN KE II
1905 Untuk kedua kalinya beliau melangsungkan perkimpoian dengan Ibu Sarijati yang saat itu berusia 17 tahun, dan diperoleh putera dari perkimpoiannya sebanyak 3 (tiga) orang putera dan 2 (dua) orang puteri, dimana semuanya meninggal sewaktu masih kecil..
1912 Beliau berhinti dari Polisi Dienar bersamaan dengan meluapnya rasa kebangsaan Indonesia, yang dimulai sejak tahun 1908. Beliau kemudian pergi ke Tegal dan ikut seorang paman dari almarhum saudara Apu Suryawinata, yang menjabat sebagai Opzichter Irrigatie.
1914 Beliau kembali lagi ke Surabaya dan bekerja pada D.K.A. Surabaya. Selanjutnya beliau pindah ke Madiun di Magazijn D.K.A. dan menetap di Desa Winongo Madiun.
1917 Persaudaraan “DJOJOGENDOLO CIPTO MULJO” diganti nama menjadi Persaudaraan “SETIA-HATI” Madiun.
1933 Beliau pensiun dari jabatannya dan menetap di desa Winongo Madiun.
1944 Beliau memberikan pelajaran yang terakhir di Balong Ponorogo (Saudara Koesni cs dan Soerjatjaroko) Kemudian beliau jatuh sakit dan akhirnya wafat pada hari Jum’at Legi 10 November 1944 jam 14:00 (Bulan Selo tanggal 24 tahun 1364 H), di rumah kediaman beliau di Winongo. Dimakamkan di Pesarean Winongo dengan Kijing batu nisan granit, serta dikelilingi bunga melati.
“SEMOGA ARWAH BELIAU DITERIMA DISISI TUHAN YANG MAHA ESA”
Sehabis pemakaman dibacakan ayat Suci Al Qur’an oleh Bapak Naib Jiwan untuk memenuhi pesan terakhir Ki Ngabehi Soerodiwirjo sebelum wafat dan diambilkan ayat “Lailatul Qadar” (Temurunnya Wahyu Illahi)

SEJARAH SINGKAT PSHT


SELAMA MATAHARI MASIH TERBIT DARI TIMUR, SELAMA BUMI MASIH DIHUNI MANUSIA SELAMA ITU PULA PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE AKAN TETAP JAYA ABADI SELAMANYA
“KI HADJAR HARDJO OETOMO” Pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate.
Sejarah Persaudaraan Setia Hati
Pada tahun 1903, bertempat di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya, Ki Ngabeni Surodiwirjo membentuk persaudaraan yang anggota keluarganya disebut “Sedulur Tunggal Ketjer”, sedangkan permainan pencak silatnya disebut “Djojo Gendilo”
Tahun 1912, Ki Ngabeni Surodiwirjo berhenti bekerja karrena merasa kecewa disebabkan seringkali atasannya tidak menepati janji. Selain itu suasana mulai tidak menyenangkan karena pemeintah Hindia Belanda menaruh curiga; mengingat beliau pernah melempar seorang pelaut Belanda ke sungai dan beliau telah membentuk perkumpulan pencak silat sebagai alat pembela diri, ditambah pula beliau adalah seorang pemberani, Pemerintah Hindia Belanda mulai kwatir, beliau akan mampu membentuk kekuatan bangsa Indonesia dan menentang mereka. Setelah keluar dari pekerjaannya, beliau pergi ke Tegal.
Tahun 1914, Ki Ngabehi Surodiwirjo kembali ke Surabaya dan bekerja di Djawatan Kereta Api Kalimas, dan tahun 1915 pindah ke bengkel Kereta Api Madiun. Disini beliau mengaktifkan lagi Persaudaraan yang telah dibentuk di Surabaya, yaitu “Sedulur Tunggal Ketjer”, hanya pencak silatnya sekarang disebut “Djojo Gendilo Tjipto Muljo”. Sedangkan pada tahun 1917, nama – nama tersebut disesuaikan denngan keadaan zaman diganti menjadi nama “Perssaudaan Setia Hati”
Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Salah satu murud Ki Ngabehi Surodiwirjo yang militan dan cukup tangguh, yaitu Ki Hadjar Hardjo Oetomo mempunyai pendapat perlunya suatu organisasi untuk mengatur dan menertibkan personil maupun materi pelajaran Setia Hati, untuk itu beliau meohon doa restu kepada Ki Ngabehi Surodiwirjo. Ki Ngabehi Surodiwirjo memberi doa restu atas maksud tersebut., karena menurut pendapat beliau hal – hal seperti itu adalah tugas dan kewajiban anak muridnya, sedangkan tugas beliau hanyalah “menurunkan ilmu SH”. Selain itu Ki Ngabehi Surodiwirjo berpesan kepada Ki Hadjar Hardjo Oetomo agar jangan memakai nama SH dahulu.
Setelah mendapat ijin dari Ki Ngabehi Surodiwirjo, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 mengembangkan ilmu SH dengan nama Pencak Silat Club (P. S. C).
Karena Ki hadjar Hardjo Oetomo adalah orang SH, dan ilmu yang diajarkan adalah ilmu SH, maka lama – kelamaan beliau merasa kurang sreg mengembangkan ilmu SH dengan memakai nama lain, bukan nama SH. Kembali beliau menghadap Ki Ngabehi Surodiwirjo menyampaikan uneg – unegnya tersebut dan sekalian mohon untuk diperkenankan memakai nama SH dalam perguruannya. Oleh Ki Ngabehi Surodiwirjo maksud beliau direstui, dengan pesan jangan memakai nama SH saja, agar ada bedanya. Maka Pencak Silat Club oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo diganti dengan nama “SETIA HATI MUDA” (S. H. M).
Peranan Ki Hadjar Hardjo Oetomo Sebagai Perintis Kemerdekaan
Ki Hadjar Hardjo Oetomo mengembangkan ilmu SH di beberapa perguruan yang ada pada waktu antara lain perguruan Taman Siswo, Perguruan Boedi Oetomo dan lain – lain. Dalam mengajarkan ilmu SH beliau diantaranya adalah menamakan suatu sikap hidup, ialah “kita tidak mau menindas orang lain dan tidak mau ditindas oleh orang lain”. Walaupun pada waktu itu setiap mengadakan latihan tidak bisa berjalan lancar, karena apabila ada patroli Belanda lewat mereka segera bersembunyi; tetapi dengan dasar sikap hidup tersebut murid – murid beliau akhirnya menjadi pendekar – pendekar bangsa yang gagah berani dan menentang penjajah kolonialisme Belanda. Dibandingkan keadaan latihan masa lalu yang berbeda dengan keadaan latihan saat ini, seharusnya murid – murid SH lebih baik mutu dan segalanya dari pada murid – murid SH yang lalu. Melihat sepak terjang murid – murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang dipandang cukup membahayakan, maka Belanda segera menangkap Ki Hadjar Hardjo Oetomo bersama beberapa orang muridnya, dan selanjutnya dibuang ke Digul. Pembuangan Ki Hadjar Hadjo Oetomo ke Digul berlangsung sampai dua kali, karena tidak jera – jeranya beliau mengobarkan semangat perlawanan menentang penjajah.
Selain membuang Ki Hadjar hardjo Oetomo ke Digul, Pemerintah Hindia Belanda yang terkenal dengan caranya yang licik telah berusaha memolitisir SH Muda dengan menjuluki SHM bukan SH Muda, melainkan SH Merah; Merah disini maksudnya adalah Komunis. Dengan demikian pemerintah Belanda berusaha menyudutkan SH dengan harapan SH ditakuti dan dibenci oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. Menanggapi sikap penjajah Belanda yang memolitisir nama SH Muda dengan nama SH Merah, maka Ki Hadjar Hardjo Oetomo segera merubah nama SH Muda menjadi “Persaudaan Setia Hati Terate” hingga sampai sekarang ini.
Melihat jasa – jasa Ki Hadjar Hardjo Oetomo tersebut, maka pemerintah Indonesia mengakui beliau sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan” , dan memberikan uang pensiun setiap bulan sebesar Rp. 50.000,00 yang diterimakan kepada isteri beliau semasa masih hidup.
Setelah meninggal dunia, beliau dimakamkan di makam “Pilangbango”, yang terlatak di sebelah Timur Kotamadya Madiun, dari Terminal Madiun menuju ke arah Timur. Beliau mempunyai 2 (dua) orang putra, yaitu seorang putri yang diperisteri oleh bapak Gunawan, dan Seorang putra yang bernama bapak “Harsono” sekarang berkediaman di jalan Pemuda no. 17 Surabaya. Ibu Hardjo Oetomo meninggal pada bulan September 1986 di tempat kediamannya, di desa Pilangbango Madiun.
Rumah beliau, oleh Bapak Harsono dihibahkan kepada Persaudaraan Setia Hati Terate pada akhir tahun 1987 dengan harga Rp. 12,5 juta. Rencana Pengurus Pusat, bekas rumah kediaman pendiri Persaudaraan SH Terate tersebut akan dipugar menjadi “Museum SH Terate” agar generasi penerus bisa menyaksikan peninggalan pendahulu – pendahulu kita sejak berdiri sampai dengan perkembangannya saat ini.